Jangan Pernah Membeda-bedakan Anak, Luka Batin Mereka Nyata!
Eko Saputro, PARENTING - Sebagai orangtua, kita tentu ingin menjadi sosok yang adil dan dicintai anak-anak. Tapi tanpa sadar, kadang kita justru memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda.
Membeda-bedakan anak bukan cuma soal perhatian atau pujian, tapi menyangkut rasa aman dan cinta yang mereka rasakan di rumah. Sayangnya, banyak orangtua yang masih belum menyadari dampak jangka panjang dari perilaku ini. Yuk, kita bahas lebih dalam.
1. Anak Merasa Tidak Dicintai
Ketika seorang anak merasa diperlakukan berbeda dari saudaranya, ia bisa menyimpulkan bahwa dirinya kurang disayang. Padahal mungkin niat orangtua hanya ingin mendisiplinkan atau memotivasi.
Namun, bagi anak, hal ini bisa jadi luka yang membekas. Mereka tumbuh dengan keyakinan bahwa kasih sayang harus "diperebutkan", bukan sesuatu yang utuh diberikan.
2. Rasa Iri dan Persaingan antar Saudara
Membandingkan anak, misalnya “Lihat tuh kakakmu bisa rapi, masa kamu enggak?”, bisa menciptakan jarak emosional antar saudara. Yang satu merasa lebih unggul, yang lain merasa tidak cukup baik.
Tanpa disadari, ini memicu persaingan yang tidak sehat. Anak-anak jadi enggan bekerja sama dan malah saling menjatuhkan untuk mendapatkan pengakuan dari orangtua.
3. Anak Sulit Percaya Diri
Anak yang selalu merasa di bawah bayang-bayang saudaranya bisa tumbuh dengan rasa rendah diri. Ia ragu mengambil keputusan, takut gagal, dan sering menyalahkan diri sendiri.
Rasa percaya diri tidak tumbuh dari banyaknya prestasi, tapi dari penerimaan orangtua terhadap keunikan dan usahanya.
4. Hubungan Anak dan Orangtua Jadi Renggang
Kalau terus berlanjut, anak bisa menjauh dari orangtua karena merasa tidak dimengerti. Komunikasi pun bisa macet, apalagi saat anak mulai remaja.
Di masa depan, ini bisa berdampak serius—anak menjadi tertutup, susah curhat, bahkan mencari pelarian di luar rumah.
5. Potensi Anak Tidak Berkembang
Setiap anak punya bakat dan minat yang berbeda. Kalau hanya yang pintar matematika yang terus dipuji, sementara yang jago menggambar dianggap “tidak serius belajar”, maka potensi si kecil bisa tenggelam.
Anak yang sering dibandingkan akan ragu mengejar apa yang ia sukai, karena takut tidak sejalan dengan harapan orangtua.
Apa yang Bisa Dilakukan Orangtua?
Membiasakan diri untuk bersikap adil memang tidak mudah, apalagi kalau karakter anak-anak sangat berbeda. Tapi, berikut beberapa hal yang bisa membantu:
- Dengarkan anak tanpa membandingkan
- Akui kelebihan setiap anak, sekecil apa pun
- Hindari ucapan seperti “kenapa kamu nggak kayak kakakmu?”
- Luangkan waktu berkualitas dengan masing-masing anak
- Fokus pada proses, bukan hanya hasil
Penutup
Membeda-bedakan anak adalah kebiasaan kecil yang bisa berdampak besar. Kadang kita melakukannya karena lelah, kesal, atau ingin anak menjadi lebih baik. Tapi yuk, mulai lebih peka terhadap cara kita bersikap. Setiap anak berhak merasa dicintai dan dihargai—bukan karena pencapaiannya, tapi karena dirinya yang unik.
www.ekosaputro.my.id
Baca Juga
Staycation bukan cuma liburan, tapi juga cara membangun bonding orangtua dan anak.
Asah kemandirian dan rasa percaya diri anak sejak dini lewat cara pengasuhan yang tepat.
Liburan bukan sekadar hiburan, tapi bentuk investasi emosional untuk tumbuh kembang anak.
www.ekosaputro.my.id
FAQ
Anak bisa tumbuh dengan luka batin, rendah diri, dan hubungan yang renggang dengan keluarga.
Hindari membandingkan anak, berikan perhatian merata, dan pahami karakter unik setiap anak.
Ya, jika orangtua mau terbuka, meminta maaf, dan membangun kembali komunikasi dengan tulus.
Ya, membandingkan prestasi, sikap, atau kebiasaan anak bisa membuat mereka merasa tidak cukup baik di mata orangtua.
Sekarang juga. Semakin cepat orangtua menyadari dan memperbaiki sikapnya, semakin besar peluang anak untuk pulih secara emosional.
www.ekosaputro.my.id